medik-tv.com Ketapang – Satu momentum penting mewarnai rangkaian Konfercab II PERGUNU Kabupaten Ketapang yang digelar Sabtu, 28 Juni 2025. Di tengah semangat guru-guru Nahdlatul Ulama memperkuat peran pendidikan, sebuah momen reflektif sekaligus membanggakan terjadi: Bedah Buku “Sejarah Tanah Kayong Ketapang Singkat Cerita”, karya Agus Kuriniawan, S.Sos.I., M.I.Kom.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Gedung Bintang Sembilan PCNU Ketapang ini bukan sekadar membedah isi buku, tapi membuka kesadaran: masih banyak dari kita terutama generasi muda yang belum tahu dari mana asal-usul tanah yang dipijaknya.

Wakil Bupati Ketapang, Jamhuri Amir, SH, hadir menyampaikan dukungan penuh terhadap buku yang mengulas perjalanan historis Kabupaten Ketapang ini.
“Pemerintah sangat berkepentingan agar generasi mendatang tidak buta sejarah. Mereka harus melek sejarah daerahnya sendiri. Lewat buku ini, kita berharap simpang siur sejarah Ketapang bisa diluruskan berdasarkan fakta,” tegasnya.
Lebih jauh, Wabup menyampaikan harapan besar agar buku ini bisa diadopsi sebagai bahan ajar muatan lokal di sekolah. Menurutnya, ini akan menjadi cara paling strategis untuk menyuntikkan kecintaan terhadap daerah sejak usia dini.

Usulan ini langsung disambut positif oleh perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Sri Rahayu Candrawati, M.Pd, yang juga pengawas SMP. Dalam wawancara usai kegiatan, ia menyebutkan pentingnya anak-anak sekolah mengenal sejarah lokal.
“Kalau peserta didik tahu sejarah Ketapang, mereka akan lebih cinta daerahnya. Tugas kita sekarang adalah mendorong ini ke para pengambil kebijakan. Secara pribadi, saya sangat mendukung buku ini masuk ke sekolah,” ujarnya.
Ketua Panitia Bedah Buku, Tedi Wahyudin, S.Sos.I, menekankan bahwa sejarah Tanah Kayong tidak boleh berhenti di kalangan NU saja. Ia menargetkan agar buku ini tersosialisasi ke masyarakat luas, terutama ke kalangan pelajar dan pemuda.
“Hari ini banyak pelajar kita yang tidak tahu sejarah daerahnya. Lewat Lakpesdam NU, kami akan kawal agar sejarah Ketapang ini bisa masuk ke kurikulum sekolah, minimal di tingkat SD dan SMP,” ungkap Tedi penuh semangat.

Penulis buku, Agus Kuriniawan, mengaku bahagia sekaligus berharap besar. Baginya, buku ini bukan sekadar catatan sejarah, tapi ikhtiar menyambung ingatan kolektif yang mulai kabur.
“Saya berharap, setelah kegiatan ini, ada langkah konkret. Duduk bersama para pemangku kepentingan, lalu buat keputusan: bagaimana buku ini bisa menjadi bagian resmi dari pembelajaran anak-anak Ketapang,” kata Agus.
Bedah buku ini menjadi momen refleksi yang menyentuh, bahwa daerah tanpa sejarah adalah daerah tanpa arah. Dan Ketapang, sebagai tanah yang kaya nilai dan budaya, layak dikenang, dipahami, dan diajarkan.
Kini, semua mata tertuju pada langkah selanjutnya. Akankah buku “Sejarah Tanah Kayong” benar-benar masuk ke ruang kelas? Jika iya, maka inilah tonggak baru: Ketapang tak hanya membangun masa depan, tapi juga menjaga jejak masa lalu agar tetap hidup dalam ingatan generasinya.